TERBITNYA Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang per 11 Maret lalu, menandai diperbolehkannya pembelajaran tatap muka atau PTM untuk jenjang usia dini, dasar, dan menengah serta sederajat di Malang. Sekolah Dasar Islamic Global School (IGS) misalnya, sekolah di bilangan Sukun, Malang ini sudah menjalani PTM seratus persen sejak Senin, pekan kedua Maret lalu
Bermula kembali PTM pasca dua tahun penerapan pembelajaran daring, membuat para orangtua punya cara tersendiri menjaga imunitas anak kala bersekolah. Seperti Dewi Hadjar, 34 tahun, anaknya yang baru duduk di kelas 1 SD IGS selalu diwajibkan sarapan olehnya dirumah. Biasanya, Dewi membikinkan telur goreng sebagai menu sarapan.
Tidak cukup hanya sarapan, Dewi mengakui juga rutin mengoleskan minyak esensial pada anaknya sebelum berangkat ke sekolah. “Buat imun anaknya,” kata Dewi. Anaknya yang baru sekolah tahun lalu, menjadi pertimbangan ibu rumah tangga ini memilih menyiapkan bekal dan minuman sendiri, tak ketinggalan, masker cadangan juga diselipkan ke dalam tas anaknya. “Semoga pihak sekolah disiplin dan menjaga prokes,” ujarnya.
Berbeda dari itu, Novi Maulidyah punya cara lain. Novi mengatakan selalu membiasakan anaknya segera mengganti seragam sekolah dan menjemurnya saban pulang sekolah. Alasannya, agar bakteri yang menempel mati terkena sinar matahari.
Menurut Novi, anaknya yang duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar itu sudah mengerti tentang menjaga protokol kesehatan saat pandemi. Bagi Novi, Sanitasi tangan menjadi benda wajib yang harus ada dalam tas saat bersekolah. “Anaknyanurut saja saya suruh gitu,” ujarnya.
Dibukanya kembali pembelajaran normal, SD IGS tetap menjalankan protokol kesehatan di sekolah. Vidya, Guru SD IGS mengatakan para siswa sebelum masuk kelas juga akan di cek suhu tubuhnya. Vidya menghimbau agar siswa di dalam kelas tidak saling meminjam perlengkapan belajar dan wajib membawa bekal sendiri. “Setiap kelas juga sudah ada tempat cuci tangan dan hand sanitizer,” kata Vidya. “Siswa yang mengalami demam, flu, batuk, sebaiknya tidak masuk sekolah dulu”. (Andan Dewi Sasmita/HMJF)
Naskah ini merupakan karya pameran pasca diksar XXXI HMJF yang telah di sunting kembali untuk kebutuhan
laman resmi hmjf.