Karya Pameran Hunting Besar 2017 – Setjangkir Tjerita

Nikmatnya Kopi Dalam Sajian Fotografi

Saya adalah penikmat kopi, meski tidak begitu paham jenis dan asal muasal kopi yang saya minum. Yang saya tahu, kopi yang tercecap dibibir dan lidah saya selalu menimbulkan sensasi nikmat. Sampai pada awal Agustus 2017, saya berkesempatan mempelajari tentang dunia kopi mulai dari tingkat petani hingga cafe yang menyajikan aneka olahan kopi.

Adalah teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Jurnalistik dan Fotografi (HMJF), Universitas Kanjuruhan Malang yang membantu, tepatnya saling membantu. Mereka mengubungi saya untuk melakukan kurasi ribuan karya fotografi tentang petani kopi di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Sejarah panjang dan kehidupan keseharian petani kopi Dampit dalam karya foto membuat saya mengerti, Kopi tidak hanya menjadi komoditas semata, namun telah menjadi budaya dalam keseharian mereka.

Melihat frame demi frame karya sebelas anggota HMJF yang melakukan hunting besar di sana, seperti melihat geliat petani kopi untuk terus bergerak. Keseharian petani dalam membudidayakan Kopi jenis Robusta yang konon dibawa oleh Belanda ini menjadi daya tarik untuk dilihat masyarakat luas.

Satu hal  lagi yang menarik untuk dilihat dari karya foto mereka (HMJF), adalah upaya-upaya petani kopi yang mulai berorganisasi untuk memperbaiki diri. Mulai dari cara panen sampai sortasi biji kopi hingga pengolahan untuk meningkatkan kualitas kopi. Sebagian petani kopi Dampit telah tergabung dalam Koperasi Sridonoretno, dari wadah itulah, mereka belajar dan berproses. Salah satunya adalah membudayakan panen metode petik merah yang memiliki harga yang lebih tinggi dari petik biasa.

Upaya regenerasi petani kopi juga tak luput dari bidikan kamera peserta hunting besar HMJF. Anak-anak petani kopi yang kesehariannya sudah berkutat dengan kopi mulai diarahkan untuk lebih mencintai kopi lewat muatan lokal (Mulok) pelajaran pada sebuah sekolah di sana. Sebuah usaha yang layak diapresiasi, demi nikmat kopi dan nikmat petani kopi. Selamat menikmati.

Kurator : Hayu Yudha Prabowo

 

 

Mudahnya Membibit Kopi ala Petani Kopi Dampit

MALANG –  Kopi merupakan minuman khas Indonesia yang paling banyak dicari oleh masyarakat dari turun temurun. Tidak banyak yang tau bagaimana proses pembibitan pohon kopi yang akhirnya bisa kita minum setiap hari. Berada diketinggian 600 meter diatas permukaan laut (MPDL) tepatnya di Desa Baturetno, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang proses pembibitan ini dimulai.

Supraptiningsih salah satu petani kopi didesa Baturetno menjelaskan mudahnya membuat bibit pohon kopi. Dengan menggunakan alat yang sederhana mulai dari pisau, pemotong tangkai pohon, sampai pupuk pestisida diuraikan secara jelas.

Berikut Keterangan Foto Esai Pembibitan biji Kopi :

Foto 1.

Dipotong: Supraptiningsih salah satu petani kopi dari Desa Baturetno memotong tangkai pohon kopi. Tangkai pohon yang sudah dipetik ini sebagai awal proses membibit Kopi.

Foto 2.

Pengupasan: Salah satu tangkai pohon kopi yang sudah dipotong tersebut dikupas ujung tangkainya. Ujung tangkai yang sudah dikupas nantinya akan diberi obat berupa pestisida sebagai bahan kimia perangsang pertumbuhan bibit pohon kopi.

Foto 3.

Potong Separuh: Daun bibit pohon kopi dipotong separuh agar nutrisi dari bibit pohon tidak dimakan oleh daun.

Foto 3.

Beri Nutrisi: Bibit pohon kopi yang sudah siap tanam terlebih dahulu diolesi pestisida agar pertumbuhan bibit pohon kopi semakin bagus dan lebih menyerap banyak nutrisi.

Foto 4.

Tanam Bibit: Bibit pohon kopi yang sudah melalui proses siap untuk ditanam kedalaman pot pohon dengan kedalaman 7 centimeter.

Foto 5

Pupuk: Bibit kopi yang sudah ditanam lalu diberi pupuk cair agar pertumbuhan bibit kopi semakin bagus dan terhindar dari hama.

Foto 6.

Melimpah: Sekitar 300 an benih pohon kopi dapat dibuat dalam waktu yang cukup singkat.

Foto 7.

Siap panen: Setelah melalui beberapa proses dan menunggu sekitar 10 bulan benih pohon kopi siap untuk ditanam diladang kopi.

Begitu mudahnya cara membuat Benih pohon kopi di Desa Baturetno khas dari Kecamatan, Kabupaten Malang.  Banyak dari hasil benih pohon kopi yang dijual maupun ditanam langsung oleh petani sekitar.

Para petani sekitar berharap semua produk hasil pertanian kopi di Desa Baturetno dapat dikenal diseluruh Indonesia bahkan dunia karena rasanya yang khas. Beberapa kelompok kerja (Pokja) petani kopi didaerah tersebut sangat membutuhkan campur tangan dari pemerintah bahwa mereka bisa menjadi petani yang mandiri dan berdaya saing didunia industri saat ini. (Purwanto/HMJF)

 

 

Perjalanan Sebuah Kopi

Secangkir kopi tentu tidak tercipta begitu saja. Butuh satu tahun bagi pohon kopi untuk menghasilkan buahnya. Setelah pohon kopi berbunga, biji-biji kopi mulai muncul. Saat biji kopi mulai memerah, para petani pun berbondong-bondong memetiknya dari pohon. Beberapa petani sudah menerapkan petik merah untuk mendapatkan biji kopi terbaik. Selain itu, mereka menganggap kopi sebagai anak sendiri sehingga perawatan yang diberikan tentu yang terbaik. Dari hasil panen, petani masih harus memilih biji yang berkualitas baik melalui sortasi biji hijau yang ikut terpetik dan rambang untuk memisahkan biji yang rusak. Bukan hanya itu, biji kopi masih harus difermentasi untuk mengeluarkan aromanya. Sebagian proses, biji tersebut dipisah dari kulit luarnya hingga biji hanya diselimuti kulit ari. Kemudian biji tersebut dijemur untuk mengurangi kadar airnya di atas para-para atau anyaman bambu. Hal tersebut berfungsi untuk menjaga biji kopi tetap steril. Selang waktu yang panjang, biji kopi yang sudah kering tersebut dipisahkan dari kulit arinya. Green Bean, biasa biji kopi yang bersih dari kulit tersebut dikenal. Sebelum tersaji dalam cangkir, kopi harus di oven atau sangrai. Biasanya setiap orang punya selera sendiri untuk tingkat kematangannya. Mulai dari light roast, medium roast hingga dark roast. Perjalanan biji kopi berakhir pada proses penggilingan sesuai dengan kebutuhan, mulai dari coarse, medium hingga finest. Secangkir kopi yang nikmat pun siap diseduh dengan berjuta ceritanya.

 

 

Memperkenalkan Kopi Sejak Dini

Berada di daerah yang notabene penghasil kopi tidak menyurutkan semangat untuk mempelajari pengolahan kopi sejak dini. Seperti yang terjadi di MTS Al Ikhlas, dusun perunggu sigar Desa Srimulyo ini. Siswa siswi kelas tujuh dan delapan tersebut diperkenalkan ekstrakurikuler pengolahan kopi mulai pemetikan, penyortiran dan perambangan kopi. Program yang digagas oleh E. Y. Sukrino ini mulai dijalankan pada tahun 2016 silam. Program yang nantinya akan dimasukkan di kurikulum sekolah ini bekerjasama dengan asosiasi petani kopi SRIDONORETNO. Dengan tujuan memperkenalkan kepada peserta didik cara yang benar dalam mengolah kopi, para penggagas, kepala sekolah dan orang tua siswa berharap siswa akan mampu menjadi petani kopi yang handal dan mampu memproduksi kopi yang berkualitas. (WIJI/HMJF)

 

 

Kopi Dampit

 

 

Proses

Petik Merah

Proses petik merah dilakukan ketika buah kopi sudah berwarna merah di pohon. Apabila dalam satu tangkai, ada buah yang masih bewarna hijau atau orange tidak boleh ikut dipetik. Hanya yang merah saja yang boleh dipetik, hal ini bertujuan agar kopi yang dipanen benar-benar sempurna, selain itu yang sudah berwarna merah mudah pengelupasannya.

 

Penimbangan

Setelah dipetik, buah kopi langsung ditimbang, guna untuk mengetahui berapa hasil yang dihasilkan dari petani kopi. Hal ini berguna untuk mengukur kesehatan lahan jika panennya banyak maka tanahnya berarti subur dan sebaliknya.

 

Sortasi basah

Buah kopi yang sudah dipanen atau dipetik langsung dilakukan sortasi basah. Proses yang dilakukan pada tahap ini yaitu memisahkan buah kopi yang berwarna merah dan hijau. Buah kopi yang berwana hijau itu tidak dibuang tapi diolah  hanya saja proses pengolahannya berbeda dengan buah kopi yang berwarna merah. Pemisahan buah kopi ini berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang akan dihasilkan nantinya. Biasanya buah kopi yang berwarna merah lebih berkualitas daripada yang berwarna hijau.

Rambang

Biji kopi yang berwarna merah dimasukan dalam air yang berfungsi untuk memisahkan  buah yang baik dan buah yang berpenyakit atau cacat. Kalau buah kopi itu mengambang dalam air, maka buah itu kurang bagus kualitasnya. Buah yang jelek ini disisihkan dan mengikuti proses kopi asalan. Sedangkan buah kopi yang dipakai yaitu buah yang tenggelam atau masih bagus. Hal ini berguna agar biji kopi yang dihasilkan nantinya lebih baik.

Fermentasi

Setelah dipisahkan antara yang baik dan yang kurang bagus. Biji-biji kopi ini dimasukan ke dalam karung plastik untuk difermentasi. Karung plastik yang digunakan pun harus yang kedap udara. Hal ini bertujuan agar aroma kopi yang dihasilkan lebih wangi. Sedangkan untuk  rentan waktu fermentasi sendiri tergantung dari  suhu atau maksimal 36 jam.

Pulper

Setelah buah kopi yang sudah difermentasi berwarna orange (kusam) barulah buah kopi tersebut dipisahkan dari kulit luarnya. Selama proses pengupasan, sedikit demi sedikit air dialirkan secara terus menerus kedalam mesin pengupas (pulper). Fungsi pengaliran air ini sendiri yaitu untuk melunakan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari bijinya.

 

Penjemuran

Pada tahap ini kopi yang sudah di pisahkan dari kulit luarnya langsung dijemur menggunakan para-para ( tempat penjemuran). Tempat penjemuran ini didesain setinggi 1 sampai 1,5 meter dari tanah. Hal ini agar biji kopi yang dijemur steril dari kontaminasi. Biji kopi yang dijemur asal-asalan akan menghasilkan citarasa yang kurang baik. Oleh sebab itu, biji kopi dari Sridonoretno tidak dijemur di lantai semen ataupun tanah karena sifat kopi yang menyerupai spons mampu  menyerap bau yang ada disekitarnya.

 

Huller

Biji kopi yang sudah kering kemudian dipisahkan dari kulit tanduk atau cangkangnya. Pengupasan biji kopi ini menggunakan mesin pengupas untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut green bean.

 

Sortasi Kering

Pada proses ini,biji kopi yang sudah berbentuk seperti beras (kering) harus dipisahkan antara yang cacat dan baik. Kotoran-kotoran non kopi seperti serpihan daun, kayu atau kulit kopi, harus juga dipisahkan. Hal ini bertujuan agar kualitas kopi yg dihasilkan lebih baik.

Roasting

Setelah di huller greean bean siap untuk di roasting (modern) atau digoreng tanpa minyak di penggorengan yang terbuat dari tanah liat (tradisional). Penggorengan dilakukan sampai biji kopi berubah kecoklatan dan menyemburkan aroma wangi, hal ini menunjukkan bahwa kopi sudah matang. Setelah matang kopi diangkat dan di dinginkan.

 

Bubuk

Setelah kopi sudah terasa agak dingin langsung dihaluskan dengan menggunakan seleb  (alat tradisional untuk menghaluskan biji kopi) dan grinder (modern).

 

Packing

Packing ini ada dua macam yang sudah berbentuk bubuk dan green bean, setelah dipacking dalam kemasan 200 ml (bubuk) dan 2 kg dalam satu plastic (green bean) langsung didistribusikan melalui pra koperasi yang kemudian di jual ke kedai-kedai di Malang dan Jakarta.

 

Server

Dari petani kopi, biji pilihan berkualitas baik di distribusikan ke beberapa kedai di Kota Malang. Remboeg Pawon, Portal, Omah Kayu, adalah beberapa kedai yang menyajikan kopi berkualitas dari petani di Srimulyo, Sukodono, Baturetno, Dampit. Kopi-kopi tersebut disajikan dalam beragam cara, mulai dari tubruk, vietnam drip, pour over vso, french press, syphon, hingga cold drip.

 

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *