Rajut Rasa Persatuan, BEM Unikama Gelar Parade Budaya

Normal dibaca 2 menit

Foto: Humas Unikama
Rektor Unikama, Pieter Sahertian (kiri) memukul gong sebagai tanda dibukanya parade budaya disebelah barat halaman rektorat Unikama (25/5). Acara yang digagas oleh BEM sebagai perwujudan multikulturalisme ini berlangsung 25-26 Mei.

MALANGHMJF, Gelaran Parade Budaya yang dipusatkan di sebelah barat halaman rektorat Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) Jumat, (24/5) siang, berlangsung meriah. Mengusung tema “Pusaka Nusantara Dalam Daur Globalisasi”, Acara ini sukses membuat mahasiswa terpukau dengan penampilan seni tradisional dan kreasi baru yang ditampilkan. Sebanyak 21 organisasi daerah (orda) mahasiswa Unikama saling unjuk gigi menampilkan kreasi seni yang berakar dari tradisi lokal daerah mereka, mulai dari tarian sampai seni bela diri.

Pentas diawali dengan tarian dolo-dolo yang berasal dari Atambua, NTT.  peserta melewati panggung tamu kehormatan. Mereka menyapa dan mengajak Rektor , Wakil Rektor III dan Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan (BAK) untuk menari  bersama. Acara dibuka oleh Rektor Pieter Sahertian, dalam sambutannya, ia mengapresiasi acara budaya yang menampilkan kekayaan tradisi dari seluruh orda mahasiswa.

Kegiatan ini menjadi ajang aktualisasi dari potensi dan seni budaya yang dimiliki masyarakat. ”Saya mendorong kegiatan budaya ini sebagai ajang promosi kampus Universitas Kanjuruhan Malang,” ujarnya saat membuka acara ini. Usai sambutan rektor, parade budaya dimeriahkan oleh perwakilan putra-putri kampus disusul dengan tarian khas Pulau Sumba.

Senada, Joice Soraya, wakil rektor III bagian kemahasiswaan juga menambahkan jika parade budaya ini merupakan salah satu cara untuk mengembalikan citra kampus pada khalayak umum. Dengan cara membuktikan bahwa Unikama merupakan kampus multikultural yang berasal dari beragam daerah di Indonesia.

“Kita perkenalkan kepada masyarakat luas bahwa di kampus kanjuruhan bukan simbol saja sebagai multikultural, tetapi benar ada multikulturalnya”, ujarnya saat ditemui awak HMJF selesai acara.  

Sementara itu, ketua pelaksana Yohanes Dedeo Benany, sekaligus anggota  BEM Unikama mengatakan, sesuai dengan nama kabinetnya “Bangkit” BEM kali ini ingin mengaktifkan kembali acara bertajuk keragaman budaya yang sempat vakum mulai tahun 2016 silam.

“Parade ini kan merupakan prokernya BEM, dan untuk persiapan acaranya sendiri cenderung kilat. Kita mempersiapkan selama satu bulan. Sedangkan untuk pendaftaran kita gratis, dan kita juga mendapat bantuan dana dari pihak kampus.” Ungkap mahasiswa semester 6 ini.

Parade Budaya sebagai wadah untuk menyatukan semua elemen yang ada di dalam maupun di luar kampus. Diharapkan dengan kegiatan ini akan meningkatkan apresiasi terhadap seni dan budaya. ”Kesenian tradisioal merupakan bentuk dari multikultural,” tambahnya.

Indrawati Soares  perwakilan dari Orda Malaka, Kupang,  merasa senang dengan adanya parade ini. “ Dengan adanya acara ini kita bukan hanya dapat mengenal budaya dari daerah lain tetapi juga dapat menumbuhkan rasa toleransi antar budaya sebagai wujud multikulturalisme dikampus ini “, ucapnya.

Lebih lanjut ia berharap kegiatan ini tetap  berlanjut setiap tahun,  “ Siapapun yang menjadi BEM kedepannya  kegiatan parade budaya seperti ini tetap di jalankan, sehingga kita dapat mengetahui dan mengenal keragamanan budaya kita”, pungkasnya.

Reporter: Briza Millenia, Mediani Rambu

Editor: Pangestu S. Budiman

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *