BATU – Musim kemarau yang berkepanjangan di tahun ini sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian. Kekeringan menjadi faktor utama penurunan kualitas daun bawang prei di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. “Kendala yang saya hadapi saat musim kemarau ini, sulitnya sumber mata air mengakibatkan daun bawang prei kering dan rusak,” ungkap Sumantri (46) saat ditemui Tim HMJF, Jumat (16/10). Hal ini berimbas pada pendapatan petani bawang prei. Dengan demikian pria ini mengalami kerugian karena penurunan harga daun bawang prei dipasaran. Turunnya harga hampir 50 persen, yang semula berkisar antara Rp 5.000,00 per kilogram kini menjadi Rp 3.000,00 per kilogram.
Senada dengan Sumantri, Tutik Suningsih (51), istrinya, bahwa musim kemarau mengakibatkan kebutuhan air meningkat. “Kebutuhan air saat musim kemarau meningkat mbak,” ujar wanita kelahiran lima puluh satu tahun yang lalu. Peningkatan ini dikarenakan tanah cepat kering, sehingga memaksa petani untuk menyiram kebun secara rutin yaitu tiga hari sekali. Dalam hal ini petani menerapkan sistem pengairan secara bergilir pada malam hari.
Ibu dua anak ini menambahkan, “Airnya kan dari sumber mbak, harus bergantian sama tetangga, siangnya buat perumahan dan malamnya buat menyiram kebun,” tegas Tutik. Selain itu, kendala yang dialami petani yaitu hama ulat dan labuk yang memakan daun bawang prei. Untuk mengatasinya, Tutik menyemprotkan pestisida. Sedangkan untuk menjaga kesuburan tanah, pasangan suami istri ini menggunakan pupuk kandang. (putri/hmjf).