Kesenian Karawitan Sepi Peminat

Karawitan merupakan sebuah seni pertunjukan musik yang diiringi oleh gamelan dan gending jawa. Biasanya tiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, tidak terkecuali di Desa Wonorejo, Kecamatan Bumiaji, Batu. Sanggar yang dimilikinya bernama Sanggar Seni Tari dan Karawitan Dhumes Suara Untuk Indonesia. Sanggar ini dibentuk pada tanggal 27 Juli 2015 dan diresmikan pada tanggal 9 Agustus 2015, sementara kelompok karawitan sendiri sudah ada di Desa Wonorejo sejak tahun 2000. Namun sayangnya, sanggar ini kurang mendapat dukungan dari perangkat desa setempat,ungkap Rukmiati (50) yang merupakan salah satu pengurus sanggar tari.
Menurut ibu beranak satu anak ini, kesenian karawitan seperti dianak tirikan oleh perangkat desa. Perangkat desa lebih mendukung kesenian orkes daripada karawitan, padahal keduanya sama-sama merupakan kesenian daerah tersebut yang biasanya tampil di acara ruwatan desa. Berbeda halnya dengan Rukmiati, Wiwi(34) istri dari ketua RW 12 mengatakan bahwa sanggar tersebut juga mendapatkan perhatian seperti bantuan dana. Disamping itu peminat kesenian karawitan sudah mulai berkurang, “sekarang masyarakat sudah tidak terlalu suka dengan karawitan, peminatnya juga semakin sedikit, oleh karena itu karawitan menjadi sepi peminat,” ujarnya.
Generasi muda di desa tersebut lebih menyukai kesenian dari luar daripada kesenian daerah mereka sendiri. Rukmiati sendiri berharap semoga kesenian karawitan bisa lebih berkembang nantinya, juga mendapatkan perhatian yang lebih lagi dari perangkat desa. (Mike/HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *