Karya Jurnalistik Pasca AM “Filosofi – JANC#K SIMBOL IDENTITAS BAGI KOMUNITAS” by Najmie

JANC#K SIMBOL IDENTITAS BAGI KOMUNITAS

Dalam sebuah kebersamaan terkadang kurang lengkap jika tidak memiliki sapaan khusus, atau bisa dibilang dengan identitas sebagai kesolidan dalam sebuah persahabatan maupun komunitas dan organisasi. Namun, yang perlu kita dalami sekarang adalah panggilan akrab tersebut, apakah dengan sapaan janc#k loyalitas akan terpampang? Atau  kebersamaan selalu terjaga? Mari kita pecahkan bersama-sama dalam tulisan ini. Dari beberapa literatur yang ada di mbah google kata janc#k adalah sebuah kata yang menjadi ciri khas komunitas masyarakat di Jawa Timur, terutama Surabaya dan Malang. Meskipun memiliki konotasi buruk, kata janc#k menjadi kebanggaan tersendiri serta dijadikan simbol identitas bagi komunitas penggunanya, bahkan digunakan sebagai kata sapaan untuk memanggil diantara teman, untuk meningkatkan rasa kebersamaan.

Kata janc#k yang sudah menjadi simbol identitas, memang tidak lagi dianggap sebagai hal yang kasar ataupun negatif bagi segelintir orang. Karena sering kali dalam setiap tempat, sapaan janc#k sudah tidak lagi menjadi hal yang tabu. Padahal ketika kita telaah lagi dan memahami maknanya secara kebahasaan didalam kamus online Jawa-Indonesia versi UGM (Universitas Gajah Madha) janc#k artinya sialan, keparat, brengsek yang bermakna ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa. Senada dengan makna janc#k yang diungkapkan oleh salah satu mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang Ayu Maulidah bahwa kata itu ialah kata yang kotor kasar dan tidak layang untuk diungkapkan, karena baik buat komunitas dan organisasi bukan berarti baik buat semuanya apalagi ketika panggilan itu didengar oleh anak dibawah umur. Seakan-akan mengajarkan hal yang kurang baik terhadap anak kecil.

Namun dibalik semua makna dan argument itu, janc#k sudah jelas-jelas beralih fungsi dan tujuannya seperti yang telah dipaparkan diparagraf pertama bahwasanya janc#k sudah menjadi sapaan akrab bahkan menjadi simbol tersendiri. Pengalihan fungsi penggunaan kata janc#k yang telah dibuktikan langsung oleh, Sujiwo Tejo yang dikenal sebagai dalang, penulis, pelukis bahkan budayawan Indonesia. Memaparkan terang-terangan dalam bukunya yang berjudul Republika #jancukers terbitan tahun 2012, bahwasanya.

“Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya dan suasana psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau dipegang oleh orang yang sedang dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia. Kalu dipegang oleh orang yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi perkakas untuk menghasilkan penghilang lapar manusia.

Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat menyakiti. Tetapi diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. “jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan.

Sekilas gambaran dari potongan paragraf diatas sangat jelas bahwasanya kata janc#k merupakan sebuah kata yang bisa digunakan dalam keadaan apapun. Tergantung penggunanya, serta maksud dan tujuannya karena semuanya memiliki dampak tersendiri baik positif maupun negatif.

Sedangkan didalam buku lainnya yang berjudul “JIWO JANC#K” mengatakan jika fenomena janc#k ini merupakan simbolisasi perlawanan terhadap kemunafikan kehidupan. Di era yang sangat modern ini, banyak sekali manusia diluar sana yang berprilaku sopan dan santun tapi ternyata menjadi seorang koruptor, mencuri uang rakyat dan Negara, sama halnya dengan orang yang munafik. Pemberontakan terhadap perilaku seperti itulah kemudian muncul dalam wujud kata janc#k yang tertuang dalam buku itu, berikut ini peggalan kalimat tersebut.

#JANCUK ungkapan beragam dari kemarahan sampai keakraban, tergantung sikon seperti fuck. Tapi orang munafik langsung nyensor. Itulah masyarakat munafik, lebih hormat pada orang yang gak bilang #JANCUK dan fuck tapi korupsi, daripada sebaliknya. Karena nuansa #JANCUK itu bisa dari marah sampai guyon, artinya bagus untuk redam hati kala panas. Mestinya Gayus Lumbun dan Ruhut Sitomput pas berantem dulu pake “Jancuk”. Kalo #Jancuk dianggep gak sopan, stop peringatan hari pahlawan 10 November, karena gak mungkin Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo gak teriak “jancuk” saat itu. (Sujiwo Tejo 2012: 160-161)

Sudah sangat jelas jika janc#k tidak selamanya menjadi kata yang kasar dan jorok bahkan kotor. Selian itu, kita bisa membuka diri bahwasannya kesopanan dan tingkah laku tidak terlihat dari sebuah satu kata yang memang bagi orang-orang yang labil sangat tidak sopan itu. Karena semuanya tergantung sejauh mana dan kesiapa kita mengungkapkan dan memakainya.

Pernyataan tentang sapaan janc#k dalam sebuah komunitas atau organisasi ini, juga diungkapkan oleh beberapa anggota yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia komunitas dan organisasi. Salah satu Pewarta Malang Pos Purwanto (25) bahwa janc#k itu bebas, tergantung siapa yang mengertikan dan tergantung siapa yang menangkap, bisa berupa kontak negative thingking dan juga bisa diartikan bagus kalau sipenerima positif thingking. Namun, jika kata sapaan itu muncul dari anak dibawah umur kita sebagai orang yang berorganisasi dan sering memakan norma kehidupan disetiap harinya harus berani menegur jika sapaan itu sudah terlintas dari anak dibawah umur. Karena konotasinya sudah berbeda dan belum betul memahami tentang peralihan fungsi yang sudah menjadi identitas bagi komunitas.

Hal itu, senada dengan apa yang disampaikan oleh Siska (21) perempuan energik yang juga sudah sering naik gunung ini sependapat dengan apa yang telah diuraikan diatas. Bahwa kata janc#k itu klo dimakan mentah-mentah memang selalu menjurus ke hal yang negatif. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sudah akrab dan sudah memehami karakter masing-masing personalnya bisa jadi panggilan janc#k menjadi sebuah sapaan keakraban bahkan sering kali disingkat dengan c#k. Terkadang, kata janc#k selain digunakan untuk panggilan keakraban sering kali digunakan untuk memngungkapkan sebuah kekaguman atau meluapkan sebuah emosi. Misalnya ketika melihat cewek cantik dengan rasa kagumnya mereka sering kali mengunggkapkan kata janc#k, seperti “janc#k ayune arek iku” (janc#k cantiknya orang itu) nah disitulah rasa kekaguman yang diungkapkan dengak kata janc#k.

Jadi, dari semua coretan diatas sudah sangat jelas kalau kata janc#k atau sapaan janc#k dan c#k tidak selamanya menjadi  hal yang buruk, kotor dan kasar. Karena semua itu adalah sebuah ungkapan sebuah rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata yang sebenarnya. Ketika rasa sayang dan cinta diungkapkan hanya dengan kata sayang yang lembut, letak ketulusan dan keakraban cenderung terlalu di cover dan buatan. Sehingga sapaan janc#k itulah yang merupakan ungkapan tulus dan mesra.

Namun, walaupun begitu adanya kita sebagai orang yang faham akan sebuah etika dan norma kehidupan, harus pilah pilih tempat dan orang untuk menggunakan kata sapaan tesebut. Sehingga tidak ada lagi kesalah fahaman dengan kata sapaan kemesraan tersebut. Seperti salam yang selalu di sautkan oleh Sujiwo Tejo salam janc#kers. (Najmie_HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *