Karya Jurnalistik Pasca AM “Filosofi – Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” by Tifaniar

 Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Oleh : Tifaniar Andriani

 

Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti, trimakasihku ntuk pengabdianmu.
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa
(Sartono)

Siapa yang tak pernah mendengar lagu Hymne Guru? Lagu yang didedikasikan untuk semua guru yang ada. Lagu yang menceritakan betapa besar jasa seorang guru. Guru bukan hanya sebagai pelita dalam gelap, bukan hanya laksana embun penyejuk dalam kehausan, namun guru adalah patriot bangsa tanpa tanda jasa. Pahlawan bukan melulu mereka yang berjuang melawan penjajah untuk membebaskan bangsa ini dari jerat penderitaan. Layaknya seorang pahlawan, guru juga mendapatkan predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Predikat tersebut diberikan bukan tanpa alasan. Mengingat jasa para guru untuk perkembangan bangsa ini sama halnya dengan pengorbanan nyawa para pahlawan puluhan tahun yang lalu demi membawa bangsa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan, hanya saja berbeda agenda. Jika dulu agenda para pahlawan adalah berjuang untuk meraih kemerdekaan dari penjajah, maka sekarang guru sedang memperjuangkan nasib masa depan bangsa untuk merdeka dari kebodohan dan kemiskinan.

Guru memang sebagai pahlawan bagi sebagian orang namun perlakuan guru dengan pahlawan sangatlah berbeda. Seperti yang dikatakan oleh Drs. R.I Soekarni, M.Pd., salah satu guru dan dosen yang sudah lama pensiun bahwa ada hari pahlawan untuk menunjukkan jasa-jasa para pahlawan, ada juga hari ibu untuk menunjukkan jasa-jasa ibu namun pada waktu dulu tidak ada hari guru untuk menunjukkan jasa-jasa seorang guru. Menurutnya guru harus memberikan teladan yang baik. Baginya, kedisiplinan adalah yang terpenting, seperti apa yang dikatakan kepala sekolahnya waktu dulu bahwa 15 menit sebelum mengajar guru harus sudah datang. Hingga kini Soekarni masih melakukan apa yang dikatakan kepala sekolahnya tersebut.

Chusnul Huda, S.Pd., seorang guru muda di SMP Negeri 4 Kepanjen juga mengatakan bahwa guru adalah yang mengajarkan dia segalanya salah satunya membaca dan menulis. Menurutnya, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa dikarenakan sebesar apapun jasa yang telah diberikan oleh seorang guru tidak pernah ada tanda jasa yang ia terima pada waktu itu. Pria berumur 31 tahun ini ingat betul bagaimana sosok guru yang setiap hari datang pagi-pagi dengan mengayuh sepeda kayuh tuanya, bahkan beliau kehujanan sehingga baju kebanggaannya basah kuyup dengan diikuti raganya yang mulai dibahasi air hujan. Namun ini tidak menyurutkan semangatnya untuk memberikan sebuah bekal hidup untuk para siswanya.

Bukan tentang apa yang guru dapatkan melainkan tentang apa yang mereka berikan. Ketulusan adalah modal utama yang seharusnya dimiliki seorang pendidik. Seperti yang dikatakan oleh Winarsih, S.Pd., seorang guru honorer atau sekarang biasa disebut Guru Tidak Tetap (GTT) yang dari 15 tahun lalu hingga kini bahwa makna guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa adalah seorang guru yang menyumbangkan ilmunya secara tulus tanpa berharap imbalan apapun. Bagi perempuan yang berprofesi sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ini, tulus adalah tingkatan tertinggi di atas ikhlas. Artinya ketika seseorang tulus maka dia benar-benar tidak mengharapkan apapun, namun ketika seseorang ikhlas maka ada kemungkinan orang tersebut masih berharap balasan atas apa yang dilakukan.

Winarsih, S.Pd adalah salah satu contoh seorang guru yang tidak menjadikan profesi mulianya sebagai pekerjaannya. Terbukti karena sejak perempuan ini menjadi guru hingga sekarang ia belum berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan belum sertifikasi. Winarsih mengatakan ia bisa saja melakukan sertifikasi namun tidak ia lakukan karena perempuan dengan dua anak ini berfikir ketika yang difikirkan adalah materi maka manusia tidak akan pernah memiliki kepuasan.

Contoh lain sosok guru yang benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan anak bangsa adalah Imam Choderi yang sekarang menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri 01 Ranu Pani. Pria ini adalah sosok yang sangat menginspirasi karena dialah yang menghidupkan pendidikan di Desa Ranu Pani. Perjalanannya dalam memperjuangkan pendidikan di desa tersebut tidaklah mudah, banyak halangan dan rintangan. Namun pria berusia 54 tahun ini tidak pernah menyerah untuk membawa warga desa Ranu Pani terutama para generasi muda untuk keluar dari lingkar kebodohan.

Guru pada waktu dulu dengan sekarang sangatlah berbeda. Seperti yang dikatakan oleh Drs. Subagyo, guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Bululawang ini mengakui bahwa guru sekarang lebih dihargai dari segi materi. Banyak tunjangan-tunjangan yang didapat dengan sertifikasi. Ini adalah salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap jasa seorang guru. Tapi menurut penulis pribadi sebagai calon guru, sebuah kepuasan untuk seorang guru adalah bukan hanya dari materi saja namun ketika siswa yang dididik berhasil menggapai apa yang mereka inginkan itulah yang menjadi kepuasan di atas segalanya.

Kehidupan para pendidik pada waktu dulu pun tak dekat dengan kesejahteraan. Seorang pengamat pendidikan, Utomo Dananjaya (www.sinarharapan.co.id) mengatakan seharusnya kesejahteraan guru, baik PNS maupun non-PNS menjadi prioritas perhatian pemerintah. Terlebih para guru yang mengajar di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena para guru SD dan SMP merupakan bagian dari program wajib belajar. Dalam pelaksanaannya program wajib belajar ini pun melibatkan peran guru non-PNS, sudah seharusnya jika pemerintah bertanggungjawab atas kesejahteraan mereka. Namun bagi guru pada waktu itu, materi bukanlah yang utama tapi keberhasilan dia dalam melaksanakan tugas dan kewajibannyalah yang menumbuhkan kepuasan dalam sanubarinya.

Jika kita berfikir dengan logika, sudah sepantasnya guru diberi sebuah penghargaan yang setara dengan apa yang sudah dilakukan. Pada saat ini kehidupan para guru sudah mulai diperhatikan oleh pemerintah. Jasa-jasanya mulai dihargai dengan adanya Hari Guru yang jatuh pada tanggal 25 November. Selain itu juga, banyak kehidupan guru yang mulai berubah menjadi sejahtera dikarenakan banyaknya tunjangan-tunjangan yang diberikan. Tunjangan tersebut bukan hanya untuk guru yang sudah PNS saja melainkan juga untuk guru honorer, dengan cara melakukan sertifikasi yang tentunya dengan melengkapi beberapa persyaratan. Harapan pemerintah dengan meningkatnya kesejahteraan guru maka meningkatlah kinerja guru dalam mendidik para generasi muda. Sama halnya dengan harapan pemerintah, Soekarni juga berharap agar para guru sekarang lebih memperhatikan dan bertanggungjawab atas tugasnya yaitu bukan hanya mengajar melainkan dengan mendidik untuk menciptakan perilaku yang baik bagi siswa.

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *