Potret Keluarga di Pinggiran Rel Kereta Api – Mutis “Refleksi Kehidupan”

Foto by Mutis/HMJF

Sejauh apa pun kaki melangkah, tempat yang paling indah untuk pulang adalah rumah. Rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat perlindungan untuk menikmati kehidupan, menghela nafas untuk beristirahat  dan berkumpul bersama keluarga. Itulah mengapa rumah menjadi kebutuhan pokok manusia. Bagi banyak orang,  rumah yang layak merupakan tempat tinggal yang di dambakan bahkan hal utama yang harus dipenuhi, namun pada realita yang langka kita temui definisi rumah tersebut  tidak semua orang bisa memilikinya.

Seperti keluarga Rosidi (38) yang tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil dekat pinggiran rel kereta api kelurahan Kota Lama. Semenjak menikah Rosidi serta istrinya pindah ke Malang dan tinggal di tempat yang sekarang. Meski ukuran rumah tak seberapa, namun di rumah kecil  inilah Rosidi beserta Nabia (30)  sang istri dan Royhan (8) anaknya menghabiskan waktu bersama-sama.

Tempat tinggalnya pun sebenarnya tidak layak untuk ditempati karena ukurannya yang sempit, standar sanitasi serta keamanannya yang minim sudah  menjadi bagian dari keluarga ini. Selain itu, rumah ini memiliki dua ruangan sempit yang terdiri dari kamar mandi dan kamar tidur sekaligus ruang tamu. Sedangkan tempat untuk menghidangkan makanan mereka menggunakan lahan sempit di samping rel yang notabennya sudah tidak layak untuk memasak.  Tempat untuk bercanda tawa keluarga inipun atapnya  sudah banyak yang berlubang dan rusak.

Sudah hampir 8 tahun keluarga Rosidi tinggal di pinggiran rel kereta api. Rosidi yang sehari-hari bekerja sebagai pencuci bawang prei di pasar gadang tidak sanggup untuk menyewa rumah yang lebih besar dari sekarang. Penghasilannya pun tidak banyak tapi tetap cukup untuk makan sehari-harii sehingga hanya mampu menyewa rumah dengan harga 3.5 juta/tahun. Sang istri Nabia hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, hari- harinya dihabiskan di rumah bersama anak tunggal mereka. Walaupun begitu ibu satu orang anak ini tetap bersyukur karena masih memiliki tempat tinggal dan menikmati hidup.

Dengan keterbatasan itu tidak membuat sang anak larut dalam kekurangan. Royhan tetap bahagia bisa bermain dan bersekolah dengan taman-teman sebayanya. Bocah yang baru duduk di kelas 2 SD ini memiliki cita-cita yang sangat tinggi untuk masa depannya yaitu ingin menjadi seorang Polisi. Dia juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya kelak.

Meskipun kehidupan keluarga Rosidi tak seberuntung orang lain, namun mereka tetap bahagia karena masih bisa berkumpul bersama dan masih diberi kesempatan sama Yang Maha Kuasa untuk menikmati hidup.  Keluarga Rosidi hanyalah satu dari sekian keluarga yang tinggal di pinggiran rel kereta api kelurahan Kota Lama. (Mutis/HMJF)

 

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *