KADO DARI JOGJA

KADO DARI JOGJA

Rabu, 08 Februari 2012
17.00 WIB dengan suasana sore yang masih mendukung membawa saya bersama 3 teman saya menuju Terminal Arjosari Malang. Sebut saja kata “rempong” yang masih di ulas dalam perjalanan menuju Terminal Surabaya. Perut keroncongan sedikit menghabiskan roti bekal perjalanan hingga tepat pukul 20.30 WIB di terminal Surabaya “Semangkuk Soto” menghilangkan bawel yang menggerutu terus menerus sepanjang perjalan. Ocehan kondektur terminal tak urungnya mengguide saya bersama teman-teman. Tarik sini, tarik sana hingga berujung di Bus Mira tepat pukul 21.00 WIB menuju jogja. Uniknya 4 buah kartu langganan bisa membuat perut kocak, dengan diskon hanya Rp. 4.000,00 saja membuat teman saya (satu kursi) salah tingkah. “Jogja Nekat” alasan teman saya jadi salah tingkah. Yach,,jadi beda bayar dech,,
Kamis, 09 Februari 2012

04.30 WIB terminal Giwangan Jogjakarta menjadi tepat persinggahan pertama di kota Jogjakarta. Dengan muka lecek membawa ransel dan sedikit tenaga yang tersisa berbasuh badan di kamar mandi dan mushola kecil menghantarkan doa. “Juglangan” ocehan awal pagi ketika salah satu tema saya ngreek kelaparan. Hemmm,,santap nasi rames, 2 piring saja bersama segelas kopi item, susu dan es teh di depan mata. Sedikit trouble disaat ngobrol bareng, deadline yang berbeda tapi tetap dikondisikan sabar.

Lanjutkan perjalanan, “Bus Trans Jogja” sedikit membuat kita kagum, bus berAC dengan hanya bertarif Rp. 3.000,00 bisa mengeliling kota. “Seperti anak desa masuk kota”cengengesan. “Taman Pintar” sebutan halte pemberhentian menuju keraton Jogja, tujuan pertama kita “dolen”. Disambut dengan berjalan kaki sekitar 500 m bertemu dengan sesepuh keraton dengan panggilan Bapak Dibyo. Bapak setengah baya ini menyambut kita dengan “Sugeng laksono” sopan bertutur lembut dan berwiba meski berpakaian seadanya. Begitu bijak ingatan Dibyo disaat menghantarkan langkah kita menelusuri setiap sudut keraton. Setiap tembang cerita keraton Sultan Hamengku Buwono IX dengan rinci di tuturkan. Pintu masuk keraton, symbol keraton, bendera keraton, prasasti, ruang bawah tanah, tempat peristirahatan Sultan, dan tempat pemandian Sultan dimasa silam “Huhh” desah lelah disetiap perjalanan. “Apa gak malu sama pak Dibyo” sedikit celoteh teman saya membandingkan semangat Dibyo dengan saya dan teman-teman. Tibalah saat perjumpaan terakhir kami dengan Dibyo tepat didepan pintu keraton yang terlihat berjubelnya antrian didepan loket pembelian tiket. Sejenak menghela nafas dengan dua mangkok bakso sebelum kita ikut diribunan antrian. Rp. 22.000,00 rampasan uang dari dompet teman membuat kita lolos dari rimbunan antrian di loket dan kembali menjelajahi isi keraton dengan semua peninggalanya. Narsis disana sini masih bisa membuat kita semangat meski lelah sudah mengikat kedua kaki yang enggan untuk berjalan. Dan berakhir didepan panggung rendah dengan lantai dari “Marmer Belanda” duduk berjajaran kursi di iringin lantunan tembang dari gamelan yang membuat mata ngantuk. Bergegas keluar dengan rintik hujan yang membasahi tapi tetap semangat hunting disana sini. Sedikit merayu beberapa orang mencari informasi dan membuat lengah dengan sedikit kata membawa keakraban.

Jam 13.00 WIB mengakhiri perjalanan kita menjelajahi keraton dan bergegas langkah kaki kita di bawah terik matahari yang panas dan di iringi celoteh tukang becak yang merayu. “Mbak becaknya” “Mz becaknya”. Panasnya matahari di atas kepala sedikit membuat kita lengah hingga menemui sebuah hotel persinggahan kita bermalam. Isirahat menjemput bantal guling dan lengah hingga menjelang magrib.

18.00 WIB Malioboro rame, berjajaran orang dikiri kanan jalan menjajakan dagangnya. Uniknya tembang-tembang dari alat music klasik terlantun indahnya. Kota yang indah damai dan khas. Delman memandang membuat sejenak keinginan kita mengelilingi kota bersama langkah kuda disepanjang jalan. Pengalaman pertama yang unik. Dan berakhir di angkring “Nasi Kucing”. Banyak orang menyebut angkringan ini sebagai nasi kucing karena ada beberapa yang khas yaitu nasi berbungkus kecil dengan lauk seadanya biasanya pakek sambel saja, dan yang paling unik di angkringan nie ada 3 “ceret” yang isinya air panas biasa, air panas manis, dan air panas jahe. Bergegas kemudian ditengah malam hunting seru disepanjang jalan benteng “Vandenberg”.
Jumat, 10 Februari 2012

07.00 WIB sarapan “nasi kucing” dan segelas es teh berbagi bersama mengawali perjalanan kita dihari itu. Menanti bus “Trans Jogja” di Halte dan bergegas menuju candi Prambanan. Terlihat masih begitu pagi dan nampak begitu sepi disekeliling candi. Tapi langkah kaki kami tetap semangat menuju loket. “Rp. 35.000,00 untuk tiket masuk Candi Prambanan saja”. “Rp. 45.000,00 tiket paket Candi Prambanan dan Candi Ratu Bona”. Pilihan kedua, naik mobil yang sudah disediakan dan menuju Candi Bona yang lokasinya 2km dari prambanan dan terletak di dataran tinggi. Beberapa bagian di candi Bona tersebut ada sudut-sudut yang indah yang kita jumpai untuk hunting. Beberapa tempat kita coba untuk hunting panorama. Sedikit lelah di Candi Bona karena keadaan Candi yang sangat luas. Meski hunting belom begitu memuaskan tapi waktu yang memaksa kami menyudahi perjalanan kami di Candi Bona dan kembali ke candi Prambanan. Sama seperti di Candi Bona, di Candi Prambanan kami juga menelusuri sudut-sudut candi mencari sisi-sisi yang menarik untuk hunting. Tak sedikit kami juga menyempatkan untuk narsis sejenak menghilang rasa penat karena panas di atas kepala yang begitu menyengat.

11.30 WIB waktu yang singkat dan rasanya belum begitu terpuaskan perjalan di siang itu. Namun waktu juga yang menjumput sebelum kami di usir dari Hotel. “Haahhh”. Tidak ada waktu sejenak untuk istirahat di Hotel kami sudah harus Cek Out. Dan mengakhiri perjalanan kami di depan Benteng Vandenberg melihat lalu lalang kendaraan dan serunya orang berwisata di sana. Nampak banyak ibu-ibu disepanjang jalan yang membuat saya berniat mengabadikanya diatas lukisan cahaya. Jeprat jepret disana sini, berharap dapat hasil yang memuaskan.
Jogjakarta indah, semoga kami kembali dip`ngkuanya disuatu saat nanti bersama tempat-tempat yang indah yang akan kami abadaikan melalui lukisan cahaya. (Jeni_JF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *