Keluarga Yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan – Stevend “Refleksi Kehidupan”

Hidup memang tak seindah yang di bayangkan, kadang di atas dan kadang juga di bawah. Tak semulus seperti yang sering kita inginkan, walaupun tidak sesuai dengan opini kita akan tetapi faktanya harus kita lalui dan mau tidak mau harus kita terima dengan lapang dada. Karena hidup adalah takdir dari semua manusia, entah itu miskin, kaya, susah dan senangpun itu adalah sebuah takdir kehidupan yang harus kita jalankan.

Tentunya dalam menjalani takdir kehidupan tadi setiap manusia pasti tidak jauh dari kata susah dan senang, dan pengaruh terbesar adalah lingkungan sekitar kita. Adalah keluarga lingkungan yang paling dekat dengan kita, bahkan semenjak kita untuk pertama kalinya bernafas didunia keluarga adalah bagian pertama dalam hidup kita. Sebuah kisah tentang perjalanan hidup sebuah keluarga sederhana yang hingga sekarang masih memperjuangkan kehidupannya.

Foto by Stevend/HMJF

Seperti  yang di alami oleh keluarga Eko wahyu widodo alias kodir(39) , yang pernah hidup dengan layak tapi karena beberapa keadaan yang membuat hidup mereka berubah drastis tidak seperti dulu lagi. Dulu, pada tahun 2010 Kodir bekerja sebagai pegawai di optik tepatnya di daerah kepanjen Malang. Sampai pada tahun 2013 lalu memutuskan merantau ke palembang, selama di palembang Kodir berjualan bakso dan di sana keluarganya tinggal tak menetap , ternyata mencari nafkah di sana tak semulus yang di harapkan, ia tak memiliki penghasilan yang tetap sehingga balik ke kota malang. Kodir beserta anggota keluarganya sampai di kota Malang pada 2015 lalu, begitu kembali keluarga kodir tidak punya tempat untuk tinggal. Karena ada beberapa keadaan, kodir memutuskan untuk tidak kembali tinggal di rumah orang tuanya.

Sekarang keluarga kodir tinggal di tempat yang sangat memprihatinkan, tepatnya di daerah polowijen  Rt 1 Rw 2 Kec. Blimbing Kota Malang Keluarga kodir tinggal di rumah yang tak layak dihuni, yang hanya di bangun dengan menggunakan perabotan-perabotan bekas serta hanya difondasi oleh kayu saja dan bersebelahan dengan kali yang kotor dan tentunya selalu mengeluarkan bau yang  menyengat.Tanah yang ia tempati itu adalah sebuah tanah kosong yang dipinjamkan oleh teman dari kampungnya. Saat ini kodir bekerja sebagai buruh serabutan, terkadang dia bekerja sebagai pembuat kandang ayam dan juga sebagai pembuat pagar rumah.

Di tengah penghasilannya yang sangat pas-pasan ini, ia beruntung mendapat bantuan sumbangan listrik dan air dari tetangganya. Penderitaannya bertambah semenjak istrinya mengidap penyakit ginjal,  Mamik Pujiastuti(33) yang sudah terkena penyakit ginjal semenjak beberapa tahun yang lalu ini. Sekarang hanya bisa terbaring lemah di tempat tidurnya dan diwajibkan untuk selalu menyuci darahnya selama dua kali sepekan pada hari senin dan kamis. Dan salah satu anaknya yang sekarang tinggal bersama mereka          juga harus tetap melanjutkan sekolahnya, Fansa(12) nama panggilannya yang sekarang bersekolah di SD Negeri Polowijen 2 kelas 6 SD.

Tetapi dengan keadaan keluarganya yang hidup jauh dari kata layak tidak membuat semangat Fansa memudar untuk meneruskan sekolahnya, sewaktu pulang sekolah fansa harus selalu memasak untuk menggantikan ayahnya yang sedang bekerja. Di malam hari fansa selalu belajar di temani oleh kedua orangtuanya, walau belajar di tempat yang tidak nyaman dan selalu menghirup aroma yang tidak sedap yang berasal dari kali sebelah tempat tinggalnya, tidak menyurutkan niat fansa untuk tetap belajar.

Dalam menjalani hidup, ada titik di mana Kodir sempat berputus asa untuk menjalani kehidupannya.Tidak hanya kodir, istrinya Mamik Pujiastuti pun pernah menyerah untuk melanjutkan kehidupannya ini. Akan tetapi, dalam keadaan ini lah yang membuat kodir dan istrinya memiliki motivasi lagi untuk mewujudkan keluarganya menjadi keluarga yang utuh dan  lebih bahagia untuk menjalani hidup mereka. Istrinya harus selalu berjuang melawan penyakitnya, agar tidak terus menerus menyusahkan keluarganya. Begitupun dengan fansa yang harus selalu semangat dalam mengenyam pendidikan yang di jalaninya, agar nanti bisa membuat kedua orangtuanya bangga dengan dirinya. Sedangkan Kodir sebagai kepala rumah tangga yang memiliki tanggung jawab besar yaitu harus terus bekerja untuk membahagiakan keluarga sederhananya. (Stevend/HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *