Perlunya KUD bagi Petani Kopi – Alvied “Setjangkir Tjerita”

Perlunya KUD bagi Petani Kopi

Saat ini kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin masih terjadi serta pemerataan ekonomi belum sepenuhnya menyentuh sampai pelosok desa. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan berprofesi sebagai petani. Semua masyarakat pedesaan masih berorientasi pada cara meningkatkan ekonomi ungkap Bonadi (53) salah satu warga desa Baturetno. Hampir semua sibuk untuk bekerja seperti bertani, berdagang, beternak dan lain-lain. Salah satu unit usaha yang diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi khususnya masyarakat pedesaan adalah Koperasi Unit Desa (KUD).

Foto by Wiji/HMJF

Pada dasarnya semua koperasi yang didirikan di Indonesia memiliki tujuan yang sama, yaitu mensejahterakan masyarakat luas pada umumnya terkhusus di masyarakat pedesaan. Di Indonesia KUD didirikan oleh pemerintah dengan berbagai macam fasilitas. Dana yang diperoleh sama halnya dengan koperasi yang lain yaitu simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela para anggota koperasi tersebut. Manfaat pemberdayaan KUD juga akan sejalan dengan program-program pemerintah yang disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani (gapoktan) yang dibentuk berdasarkan program pemerintah, apabila program telah selesai maka keberadaan kelompok tani juga akan berakhir. Setiap digulirkan program baru oleh pemerintah, maka akan terbentuk kelompok tani yang baru pula. Untuk mengatasi hal ini, peran KUD bisa menjadi wadah bagi kelompok tani yang ada sehingga bisa terkoordinir dengan baik.

Beberapa usaha KUD antara lain menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit tanaman, obat pemberantas hama, dan alat-alat pertanian. Selain itu juga memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani. Seperti halnya di Desa Srimulyo, Sukodono dan Batu Retno Kecamatan Dampit, di tempat ini masyarakat pedesaannya mayoritas sebagai petani kopi, cengkeh, tebu, cabai dan lain-lain, namun komoditas utama di tiga desa ini ialah tanaman kopi. Tanaman kopi menjadi penghasilan utama dikarenakan tanaman kopi telah menjadi peninggalan Belanda sejak zaman dahulu, disini terdapat petani kopi asalan dan petani yang mengikuti asosiasi kopi SDR (SRIDONORETNO) gabungan dari tiga desa yaitu Srimulyo, Sukodono dan Baturetno. Kopi SDR menerapkan sistem “Petik merah” artinya kopi yang di panen dan di petik saat kopinya sudah matang dan berwarna merah saja serta dengan pengolahan yang berbeda seperti melalui proses rambang yang artinya di rendam di dalam air dan di pilih yang tenggelam saja karena yang tenggelam termasuk kopi yang bagus. Selain penyedia pupuk, KUD juga merupakan tempat yang bisa menyalurkan hasil kopi dari warga, namun di tiga desa ini KUD malah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dilansir dari http://uangteman.com/blog/berita-bisnis/peran-dan-manfaat-hadirnya-koperasi-unit-desa/ tak dapat di pungkiri bahwa KUD memiliki peran dan manfaat yang luar biasa pentingnya bagi pembangunan desa khususnya dalam bidang perekonomian. Peran pemerintah dalam mendorong perkembangan KUD adalah dengan memberikan bantuan dan pelatihan bagi masyarakat desa agar lebih produktif lagi dalam bidang ekonomi. Melalui support dan bantuan secara langsung dari pemerintah diharapkan KUD dan masyarakat desa secara umum mampu bangkit, mandiri dan memiliki masa depan yang lebih baik.  “Jika ditanya ingin menjalankan KUD pasti semuanya mau, tapi kembali lagi pada permasalahan modal dan niat warga juga mempengaruhi,” Suyadi (66) salah satu warga desa Baturetno. Dengan tidak adanya KUD bukan berarti menjadi halangan para petani untuk maju, warga desa membentuk sebuah kelompok tani sebagai wadah, perwakilan untuk kebutuhan perkebunan seperti bibit, pupuk dan memberi solusi jika ada masalah dengan bercocok tanam. Selain itu juga untuk mempersatukan para petani kopi di tiga desa tersebut.

Kelompok tani mendapatkan modal dari swadaya masing-masing anggotanya. “Salah satu petani kopi berharap ada turun tangan atau kepedulian pemerintah untuk menangani masalah pertanian disini, terutama dalam masalah pemasaran. Banyak sekali warga petani yang menjual hasil kebunnya dan sudah memiliki langganan dan terikat kerjasama,” ungkap Sugiono (51) salah satu anggota kelompok tani. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pasaran terbilang susah dan sulit berkembang karena banyak juga permainan harga oleh pedagang besar. Misalnya jika kopi tumbuh dan panen banyak maka harga kopi di pasaran menurun.

Namun berbeda lagi dengan petani kopi yang mengikuti asosiasi kopi SDR, tetapi hanya sedikit warga yang mengikuti program tersebut alasannya tidak mau repot, ribet dan malas karena proses kopi SDR adalah kopi yang unggul dan pengolahan yang berbeda dengan kopi asalan lainnya, kopi SDR adalah kopi yang di ambil saat petik merah dan beda dengan kopi asalan lainnya. Oleh sebab itu, warga berencana membuat koperasi untuk petani kopi agar bisa memfasilitasi kelompok tani. Warga sangat berharap turun tangan dari pemerintah, “soalnya kalau petani tidak ada yang  mensupport dari pemerintah ya selamanya akan menjadi petani biasa dan kopi dampit akan hanya menjadi kopi yang biasa saja, sedangkan kopi dampit adalah kopi yang unggul justru malah butuh sekali permodalan dari pemerintah untuk mengembangkan kopi supaya bisa dijual tidak hanya dari bentuk biji saja melainkan bisa sampai proses bubuk agar pemasaran harga jual bisa lebih mahal,” Ujar Chatarina Sri Pujiastuti (49) anggota koperasi wanita di desa Baturetno.

Sampai sekarang para petani asalan menjual kopinya hanya sampai sebatas biji saja dikarenakan keterbatasan alat dan modal. Warga Srimulyo, Sukodono dan Baturetno berharap pemerintah bisa menyatukan para petani dan mendukung dalam bentuk apapun, karena di dampit istilahnya sudah menjadi tempat pusatnya kopi dan terkenal dimana-mana apalagi di mata para pecinta kopi. Banyak petani yang ingin memiliki tempat penampungan hasil panen kopi seperti Koperasi Unit Desa dan dijual ke pasaran dengan harga lumayan tinggi dibandingkan dijual ke langganan semata.  Adanya kelompok tani hanyalah sebagai wadah untuk memberi solusi tentang pertanian saja, kalau masalah pemasaran petani sudah mengurusnya sendiri kepada masing-masing langganannya. Mungkin jika di desa ini diadakan mengaktifan KUD dan support langsung dari pemerintah maka dapat meningkatkan semangat para petani. Ujar Chatarina Sri Pujiastuti (49) salah satu anggota Asosiasi kopi Sridonoretno. Maka harapan warga yang komunitas sebagai petani kopi berharap ada turun tangan pemerintah sehubungan dengan kopi unggul dan terkenal di mata para pecinta kopi agar bisa memperbaiki hidup pertanian dan perekonomian masyarakat dan harga tidak di permainkan oleh pedagan-pedagan besar. (ALVIED/HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *