Melestarikan Budaya Suroan – Doni “Ceritoku”

Melestarikan Budaya Suroan

Foto by Doni/HMJF

Desa Wonosari terkenal akan wisatanya, pesarehan salah satunya.  Rutinitas yang dilakukan warga setempat pada bulan suro yakni suroan, Menurut Hang Supriyung (52) warga asli Gunung Kawi “suro itu artinya hari yang paling baik mas, jadi saat jumat Legi banyak pengunjung yang berziarah,” ujarnya. Suroan ada dua yaitu satu suro dan dua belas suro. Menurut Hang Supriyung (52), “satu suro ialah ritual yang dilaksanakan masyarakat sekitar ataupun pengunjung pesarehan, sedangkan 12 suro kegiatan yang dilaksanakan yayasan atau daerah sekitar pesarean  yang biasa disebut kirab sasaji,” ungkapnya. (14/10)

kegiatan suroan itu sendiri adalah ziarah masyarakat yang dipimpin oleh dua juru  kunci yang bernama Indrayana dan Nanang Yuwono. Menurut Suparman (52) dari bagian informasi, tempat ini unik dikarenakan semua masyarakat dari kalangan manapun dapat masuk ke wisata ini. “Suroan itu identik dengan arak-arak pembakaran sengkala (Simbol angkara murka) atau pembakaran ugo-ugo (patung),” ujarnya.

Sependapat dengan Suparman warga asli daerah Gunung Kawi ini menuturkan bahwa, “satu suro kegiatanya adalah karnaval yang diikuti empat belas Rukun Warga (RW) di gunung kawi,” jelas Tiaya (50) pengunjung sekaligus warga asli Gunung Kawi . Sengkala yang digunakan pada saat puncak acara satu suro yaitu sengkala yang menang dalamperlombaan pembuatan sengkala  yang di ikuti oleh empat belas RW di daerah Gunung kawi. Pemenang dari lomba pembuatan sengkala pada saat karnaval akan berada di bagian paling belakang, sedangkan yang lainnya berada di depan dengan memakai pakaian adat serta membawa tumpengan yang  di buat masing masing RW.

Menurut Suharti (52) pengunjung pesarean yang berasal dari Blitar,  “Saya kesini tiap tahun saat bulan suro,” ujarnya, Suharti selalu berkunjung ke pesarean bersama suaminya sudah sejak tahun 1989 . Tujuan Suharti dan suaminya datang ke pesarean selain rutinitas tahunan mereka juga melakukan ziarah.

Budaya suroan di pesarean, Desa Wonosari sudah menjadi kegiatan rutin yang di ikuti oleh masyarakat sekitar gunung kawi maupun pengunjung pesarean yang ingin berziarah. Puncaknya kegiatan ini pada 1suro yang dilakukan karnaval serta pembakaran sengkala atau simbol angkara murka, suroan akan ramai pada saat jumat legi .Banyak harapan pengunjung yang di sampaikan di Gunung Kawi salah satunya adalah Tiaya (50) pengunjung sekaligus warga asli gunung kawi, “ya supaya ramai di kunjungi pengunjung dari manapun,” tuturnya. (DONI_HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *