Rilis Survei Pemira 2018: Massa Mengambang Masih Mendominasi-Pangestu

Ilustrasi by Pangestu

Dalam menyongsong salah satu agenda pesta demokrasi ala maha-siswa, yaitu PEMIRA BEM 2018 untuk memilih presiden dan wakil presiden mahasiswa. Tim riset swarahasta melakukan survey popularitas dan elektabilitas terhadap Pasangan Calon (Paslon) yang ikut berkontesasi meramaikan Pemira tahun ini.

Profil Responden

Dalam menganalisa responden, Tim survei swarahasta HMJF mengelompokkan responden mulai dari persebaran Program Studi (Prodi), dikerucutkan kembali menjadi sebaran fakultas, wadah organisasi yang menaungi responden, tahun angkatan responden, serta jenis kelamin. Setiap prodi di Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) diwakili oleh minimal satu responden. Prodi yang menjadi responden terbanyak datang dari Fakultas Sains dan Teknologi dengan 52 dari 132 responden (39,4%). Sementara untuk angkatan terbanyak dari angkatan 2017 dengan 46 dari 132 responden (34,8%). Massa dari kalangan UKM mendominasi responden survei ini, disusul oleh mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi apapun, serta dari HMPS yang menduduki tiga besar responden terbanyak. Hal ini dianggap wajar oleh tim survei Swarahasta dimana dalam distribusi kuesioner online tidak semua mahasiswa menanggapinya.

Metodologi Survei

Pengambilan data survey ini dilakukan dengan dua cara: wawancara langsung dan pengisian survey melalui kuesioner online. Dalam melakukan survey perlu adanya teknik pengambilan sampel. Dalam memilih sampel, tim riset swarahasta melakukan pendekatan non-probability sampling yang mana setiap anggota sampel tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik yang digunakan adalah random sampling insidential. Pada teknik ini mahasiswa Unikama yang secara kebetulan mengisi kuesioner online melalui daring dan bertemu surveyor dapat menjadi responden. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel yang harus diambil menggunakan metode slovin.

Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data, tim survey swarahasta melakukan beberapa asumsi. Elektabilitas (kedipilihan) calon dilihat dari jumlah suara responden ketika diberikan pertanyaan: “Jika Pemira dilakukan hari ini, Paslon nomor berapakah yang anda pilih?”. Calon yang memperoleh tingkat kedipilihan tertinggi adalah paslon yang mendapatkan perolehan prosentase terbanyak. Kesimpulan ini dapat diambil dengan asumsi bahwa setiap calon telah memenuhi syarat distribusi, sedangkan popularitas dapat dilihat dari banyaknya jumlah responden yang mengenali paslon tersebut dan diurutkan dari prosentase tertinggi hingga terendah.

Penentuan margin of error, dibutuhkan data jumlah mahasiswa S1 yang masih aktif berkuliah. Tim riset swarahasta mengumpulkan data dari pihak KPU-Universitas dengan mengambil data Daftar Pemilih Tetap sejumlah 6643 Mahasiswa dari angkatan 2013 sampai 2018. 

Popularitas

Popularitas adalah tingkat seorang calon dikenal oleh responden. Pada hal ini popularitas berbeda dengan elektabilitas, karena yang dinilai hanyalah dikenal atau tidak mengenal seorang responden terhadap calon dengan mengesampingkan kualitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh calon. Meskipun, popularitas adalah satu dari sekian banyak aspek yang mempengaruhi kedipilihan seseorang (red. Elektabilitas).

Dari hasil survey ini, diketahui bahwa calon dengan popularitas paling tinggi adalah Pasangan Calon (Paslon) nomor urut 3 yaitu Aditia U.K. Walangara yang akrab disapa Adit dan Prayogi Bagas Andrianto. Adit kini menduduki jabatan sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) Peternakan, sedangkan Prayogi menjabat sebagai ketua umum UKM Penalaran. Dibawah Paslon nomor urut 3, diduduki oleh Paslon nomor urut 2, yaitu Fuigansius Egidius Jemadu dan Asep Agustinus dengan jabatan terakhir masing-masing Ketua HMPS Geografi dan Ketua SMF Ilmu Hukum, dan diposisi terakhir ada Angriani Ina jara dan Orsianus Yolan Bendi yang kini menjabat dalam kementrian kabinet Gotong Royong BEM 2018.

Massa Mengambang Masih Mendominasi

Meski akan menjadi hajatan akbar pesta demokrasi ala mahasiswa, dari hasil riset tim swarahasta menemukan masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui Pemira dan kapan waktu pelaksanaannya. Merujuk pada data hasil survei yang sudah kami buat, ditemukan bahwa sebanyak 65 dari 132 responden (49,4%) masih belum tahu apa itu Pemira, sedangkan untuk waktu pelaksanaan masih ada responden yang salah menjawab yaitu sebesar 40,5%.

Menurut Ketua KPU-Universitas (KPU-U), Keny Gainau, ia tidak memungkiri bahwa masih banyak mahasiswa yang kurang antusias dalam menyongsong pesta demokrasi ala mahasiswa ini. Pihak KPU-U juga terkendala tenggat waktu yang singkat dalam memberikan informasi, terutama sosialisasi yang hanya diadakan satu kali pada tanggal 17 Desember 2018. KPU-U juga sudah memasang banner di dua titik sentral diarea Unikama, yaitu di halaman rektorat dan di area gerbang masuk utama Unikama. Pendapat lain dating dari responden yang ditemui langsung oleh surveyor, Darul Huda, salah satu pengurus harian di UKM Ledma Alfarabi. Dirinya beranggapan bahwa masih adanya mahasiswa yang tidak mengetahui Pemira dan waktu pelaksanaanya menjadi pekerjaan rumah bagi pihak KPU-U dalam mensosialisasikan rangkaian Pemira. Massa mengambang memang relatif lebih mudah dipengaruhi daripada massa ideologis. Terutama mengenai tingginya angka golput seperti tahun sebelumnya ketika Pemira berlangsung. Temuan kami dilapangan juga menyoroti kepedulian mahasiswa terhadap adanya pesta demokrasi ini. Seperti saat diadakannya Kampanye terbuka di lapangan rektorat (20/12) dan Debat terbuka (26/12) yang diselenggarakan di Aula Auditorium. Para audience hanya dihadir oleh partisipan dari masing-masing calon tanpa adanya golongan mahasiswa netral.  

Belum Mengenal Calon, Mahasiswa Unikama Belum Tentukan Pilihan

Dari temuan data riset dilapangan, mengenai tingkat kedipilihan ketiga calon masih didominasi oleh massa mengambang (swing voters) dengan perolehan sebesar 68,2%. Sementara untuk masing-masing calon, tingkat kedipilihan tertinggi datang dari paslon nomor urut 3 dengan perolehan 16,7%, disusul oleh paslon nomor urut 2 sebesar 9,1%, dan posisi terakhir ada pada paslon nomor urut 1 dengan perolehan 6,1%.

Dalam mengambil data, massa dominannya diambil oleh beberapa faktor. Keluhan yang mengirim responden dalam survei tidak menentukan siapa yang akan dipilih saat Pemira nanti, yang tidak disetujui namanya-nama tersebut. Sebanyak 30,3% responden tidak mendukung semua kandidat paslon. Responden juga memberikan tanggapan tentang mana mereka mengenal paslon. Membagikan 26 dari 132 responden (19,7%) mengakses paslon melalui sebaran spanduk yang dipasang di kampus, lalu dari teman satu UKM / Ormawa, dan saat kampanye terbuka menjadi tiga faktor besar responden yang menerima paslon. Dapat mempertimbangkan faktor popularitas Menjadi pertimbangan yang dominan dalam menakar elektabilitas paslon. (Pangestu/HMJF)

About the Author: hmjfunikama

HMJF merupakan salah satu UKM yang ada di Universitas Kanjuruhan Malang. Berdiri sejak 10 Juni 1989. HMJF berkecimpung dibidang Fotografi dan Jurnalistik. Sebuah tempat untuk membentuk karkater, kepribadian dan pengembangan bakat, minat, serta kreativitas.

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *