KEGIGIHAN PENJUAL DUPA LILIN
Pusat perdagangan dupa di Pesarean Gunung Kawi terletak di dusun Wonosari. Salah satu pedagang dupa lilin adalah Edi Waluyo (65) yang usahanya berdiri sejak tahun 1957. Meskipun dibantu oleh 15 karyawan tetapi usahanya tidak selalu mulus karena banyak faktor penghambat yang mempengaruhi jumlah pengunjung. “Saya tetap mempertahankan usaha ini karena itu adalah usaha keluarga yang didirikan sesuai dengan potensi usaha yang ada di sini”, ujar Edi (17/10).
Menurut pria berkacamata ini, beberapa faktor penghambat tersebut adalah budaya cina yang sudah mulai ditinggalkan dan keturunan cina yang sudah mulai memeluk agama lain. Selain itu krisis moneter tahun 1997 juga berpengaruh pada inflasi uang dan transportasi sehingga pengunjung yang datang berkurang. Isu-isu yang beredar di Pesarean Gunung Kawi tentang ninja-ninja yang membunuh tokoh agama dan tokoh masyarakat pun semakin menambah takut pengunjung untuk datang.
Sejak krisis moneter terjadi banyak penjual dupa yang gulung tikar, namun Edi tetap mempertahankan usahanya. “Hanya saya satu-satunya pengusaha dupa yang bertahan di sini. Itupun tidak hanya menjual dupa tetapi saya juga memiliki usaha rumah makan dan hotel. Tanpa penghasilan dari hotel ini saya tidak mampu membayar karyawan”, ungkap pria keturunan cina tersebut.
Usaha dengan modal sebesar 50 juta ini menjual dupa lilin kecil dengan harga Rp 115.000,- perpasang dan dupa lilin besar Rp 28.750.000,- perpasang. Omset yang didapat bisa mencapai 30 juta perbulan dihari-hari besar, seperti 1 suro, tahun baru dan musim liburan. Sedangkan pada hari-hari biasa omset yang diterima hanya sekitar 10 juta perbulan.
Menurut pria paruh baya ini, salah satu fungsi dupa adalah sebagai pelengkap ibadah orang cina. Warna dupa dapat bertahan hingga satu tahun. Jika ada kerusakan dan perubahan warna perusahaan akan bertanggung jawab dengan mengganti dupa dengan yang baru. (Ludfiyatul.Q-HMJF)