Pesona Satu Suro di Gunung Kawi
Bulan Suro dalam penanggalan jawa atau dalam tahun baru islam disebut Bulan Muharram menjadi momentum yang istimewa bagi masyarakat Gunung Kawi, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kab.Malang. Setiap tahun dilokasi ini sering diadakan acara suroan. Seperti halnya pada tahun ini, acara diselenggarakan dengan tajuk Gumebyar Pesona Budaya Gunung Kawi 2017. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun yang rutin dilaksanakan oleh seluruh warga Desa Wonosari.
Terdapat ratusan penampil seni yang unjuk kebolehan dalam menghiasi kegiatan ini, yang semuanya warga dari 15 RW di wilayah Wonosari, Kamis(21/9). Suparman(53) selaku pegawai pusat informasi menuturkan, pagelaran budaya yang dihadiri oleh Bupati Malang, Rendra Kresna ini menyajikan rentetan acara mulai dari tari-tarian, kesenian hadrah banjari, hingga ritual kirab budaya Suroan.”Setiap RW juga menampilkan kreatifitas mereka dalam berdandan dengan busana bernuansa tradisional”, imbuhnya.
Pawai kirab budaya ini mulai diberangkatkan oleh Rendra Kresna, dengan berjalan sejauh 3 Km dari terminal Wonosari dan berakhir di pasarean Gunung Kawi. Sebagai puncak dari kirab budaya ini, masyarakat membakar ogoh-ogoh sebagai bentuk penghancuran atas angkara murka dan sifat jahat dalam diri manusia. Dengan harapan, dimasa depan sifat manusia menjadi lebih baik lagi dan terhindar dari bermacam angkara murka, ungkap Yesi(37), warga yang ikut berpartisipasi dalam suroan ini.
Kegiatan digelar sejak Selasa (19/9). Dimulai dengan dibukanya festival produk unggulan olahan ketela rambat (telo. red). dalam hal ini total ada 33 kecamatan di wilayah Kab.Malang yang ikut berpartisipasi dalam ajang ini. Salah satu perangkat Desa Wonosari, Hariyanto(47) menjelaskan, lomba olahan ketela dipilih karena telo merupakan salah satu komoditas unggulan dikawasan ini. “dengan adanya lomba ini kami berharap produk unggulan telo Gunung Kawi bisa dikenal secara luas oleh khalayak umum”, tambah pria asal Wonosari itu.
Selain lomba olahan telo, juga diadakan lomba cipta tari khas Gunung Kawi. Lomba ini digelar karena warga Gunung Kawi belum memiliki ciri khas tarian. Oleh karena itu, Disparbud Kabupaten Malang mengundang maestro tari nusantara, Didik Nini Thowok. Dikutip dari Jawapos.com, Kadisparbud Kab. Malang, Made Arya Wedanthara mengatakan, kehadiran Didik sendiri untuk memberikan arahan pada peserta lomba cipta tari Gunung Kawi. Diharapkan dari lomba tari ini, diperoleh satu bentuk tarian yang merupakan ciri khas dari masyarakat yang ada di Gunung Kawi, yakni Desa Wonosari.
Selain memperingati Suroan, Gumebyar Pesona Budaya Gunung Kawi tahun ini digelar dalam rangka memperingati hari wafatnya Eyang Djugo (Kyai Zakaria II) ke-151 dan RM Iman Sudjono ke-146. Sejatinya kedua tokoh tersebut merupakan leluhur masyarakat desa setempat. “Kegiatan ini sebagai lambang rasa syukur dan melestarikan budaya sekaligus menghormati Eyang Djugo dan RM Iman Sudjono”, tambah Hariyanto. (Yevina-HMJF)